Senin, 31 Agustus 2009

Perjalanan dan Pengorbanan Hidup yang Berarti


Wanita di dunia ini ada berbagai macam jenisnya. Ada yang lebih senang mengerjakan pekerjaan rumah dibandingkan bekerja di kantor, namun ada juga yang lebih senang bekerja di kantor dibandingkan mengerjakan pekerjaan rumah.
Cerita ini merupakan sebuah kisah dari perjalanan seorang ibu yang berjuang gigih untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang notaris dan pejabat pembuat akta tanah di Ibukota. Seperti apakah perjalanan yang harus ia tempuh untuk mencapai impiannya? Bagaimana caranya ia membagi waktu antara perkerjaan dan keluarganya? Apa yang ia perlu korbankan selama ini untuk mencapai cita-citanya?
Lisa adalah seorang lulusan S1 Hukum Universitas Gajah Mada di Yogyakarta. Demi menggapai impiannya untuk menjadi seorang notaris, ia berusaha untuk belajar dengan giat demi dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi di sekolah notariat. Namun, kenyataan untuk dapat melanjutkan pendidikannya itu bukan merupakan hal yang mudah. Ia harus mencari uang yang lebih banyak untuk membiayai sendiri pendidikan S2-nya, bahkan juga untuk membantu suami dalam menghidupi keluarga mereka.
Lisa memulai karirnya di usia yang ke-26. Saat itu, ia masih seorang wanita muda yang baru saja menikah selama 1 tahun. Ia berpindah dari satu kantor ke kantor yang lain, berusaha mencari lebih banyak pengalaman. Juga untuk mencari pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Awalnya, ia hanya bekerja di beberapa cabang sebuah bank, yang berpindah-pindah dari kota kecil ke kota kecil lainnya. Suaminya yang saat itu telah berkerja di Ibukota, berusaha menyempatkan waktu untuk pulang ke tempatnya meskipun hanya seminggu sekali atau dua kali. Karena merasa bahwa seharusnya seorang istri selalu bersama dengan suaminya, maka atasan Lisa di kantor pun membantunya untuk mendapatkan sebuah posisi di kantor cabang yang berada di ibu kota.
Di usianya yang ke-30, Lisa pun memulai karirnya di ibukota, serta telah melahirkan putri sulungnya. Memulai karir di Ibukota, tidak semudah memulai karir di kota-kota kecil. Di Ibukota, persaingan dalam pekerjaan semakin ketat, serta biaya untuk hidup juga jauh lebih berat. Mengalami situasi yang semakin sulit ini, Lisa berusaha mencari cara lain untuk memperoleh uang yang lebih untuk menghidupi keluarga, serta biaya pendidikannya. Karena itu, selain bekerja di kantor, Lisa juga mulai menjual beberapa kain yang baru ia beli dari pasar kepada rekan-rekan kerjanya, dan berusaha mencari untung yang besar dari hasil penjualannya tersebut.
Seperti sebelumnya, Lisa terus berpindah-pindah dari satu kantor ke kantor yang lain, pengalaman kerjanya pun makin kaya dan beragam. 5 tahun kemudian sejak ia memulai karirnya di Jakarta, ia-pun melahirkan putri bungsunya. Selama Lisa sibuk bekerja untuk membantu suaminya mencari nafkah dan mencari biaya pendidikan notariatnya, ia telah banyak kehilangan waktu bersama dengan anak-anaknya. Selama ia bekerja dari pagi hingga malam, anak-anaknya justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama pembantunya dibandingkan bersama dirinya.
Segala sesuatu memang perlu ada pengorbanan, asalkan pengorbanan itu tidak boleh disia-siakan. Lisa memang telah mengorbankan banyak waktu bersama keluarga untuk mencapai cita-citanya, namun apa yang dikorbankannya itu tidak menjadi hal yang sia-sia. Beberapa tahun kemudian, ia berhasil mengumpulkan uang yang diperlukan untuk membiayai pendidikan notariatnya. Ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Notariat di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, kota tempat ia dibesarkan. Saat itu, putri sulungnya telah berusia 12 tahun, sedangkan putri bungsunya telah berusia 7 tahun. Karena ia tidak ingin meninggalkan kedua putrinya, ia rela pulang-pergi dari Jakarta-Yogyakarta.
Meskipun ada beberapa waktu, ia harus meninggalkan anak-anaknya untuk beberapa hari karena jadwal ujian yang padat. Melanjutkan pendidikan di luar kota ternyata lebih banyak menguras waktunya bersama anak-anak dibandingkan saat bekerja dulu, dan lagi-lagi Lisa telah kehilangan banyak waktu bersama keluarganya.
Setelah 2 tahun lamanya ia belajar, akhirnya Lisapun berhasil menyelesaikan pendidikan notariatnya. Namun, perjalanan untuk mencapai impiannya belum selesai begitu saja. Untuk menjadi seorang notaris dan pejabat pembuat akta tanah di Ibukota seperti yang dicita-citakannya, ia perlu memiliki banyak pengalaman dalam bekerja, serta harus bersabar untuk menunggu proses perizinan untuk menjadi notaris disetujui. Selain itu, untuk menjadi notaris di Ibukota bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat diselesaikan begitu saja hanya dengan sekali izin. Tidak hanya itu, Lisa juga harus menjadi notaris di pinggir Ibukota terlebih dahulu sebelum menjadi notaris di Ibukota.
Lisa pun mulai mengajukan izin sebagai seorang notaris di kota Tangerang selepas ia lulus dari sekolah Notariat. Sambil menunggu izinnya disetujui, ia bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah kantor notaris. Untuk setahun lamanya ia bekerja di sana, hingga akhirnya izin sebagai seorang notaris di kota Tangerang mendapatkan persetujuan..
Perjalanan hidup Lisa menjadi seorang notarispun telah dimulai. Setelah setahun bekerja sebagai seorang notaris di kota Tangerang, ia kembali memberanikan diri untuk mengajukan izin sebagai seorang notaris di daerah Jakarta Barat, tempat ia tinggal. Sambil kembali menunggu izinnya untuk disetujui, Lisa tetap giat bekerja sebagai layaknya seorang notaris di Tangerang, dan telah banyak menjalin hubungan baik dengan notaris-notaris lain yang dapat diajak bekerja sama, bahkan dengan klien-klien setianya yang merupakan mantan rekan-rekan kerjanya saat ia masih bekerja di bank.
4 tahun kemudian, izin untuk menjadi notaris di Ibukota telah disetujui. Lisa pun membuka kantor notaris di rumahnya yang berada di Jakarta Barat. Karena merasa senang bahwa sedikit lagi ia akan berhasil mencapai cita-citanya, Lisa pun kembali memberanikan diri untuk mengajukan izin menjadi seorang pejabat pembuat akta tanah. Hanya dengan menunggu 1 tahun, akhirnya izin pun telah disetujui dan cita-cita Lisa menjadi seorang notaris dan pejabat pembuat akta tanah di Ibukota tercapai juga.
Kantornya semakin hari semakin berkembang. Rumahnyapun telah direnovasi hingga menjadi 2 tingkat, yang mana tingkat pertama untuk dijadikan sebagai kantor, serta tingkat kedua untuk dijadikan sebagai tempat istirahat untuk keluarganya.
Perjalanan Lisa ini bukanlah perjalanan yang singkat dan mulus. Tentunya perjalanan tersebut merupakan perjalanan yang sangat panjang, penuh halangan, dan terus berlanjut. Tanpa terasa, sudah 25 tahun lamanya sejak Lisa memulai karirnya, hingga akhirnya ia berhasil mecapai cita-citanya dan menjadi tiang utama dalam keluarganya.
Meskipun selama 25 tahun itu Lisa telah banyak mengorbankan waktu bersama keluarganya, namun ia sangat bersyukur memiliki suami yang pengertian, serta anak-anak yang mandiri dan tidak selalu menuntutnya. Lisapun merasa bahwa tanpa dukungan dari suami dan anak-anaknya, ia tidak akan duduk di kursi di mana ia duduk sekarang.
Aku teringat apa yang dikatakan Lisa kepada putri bungsunya saat putri bungsunya mulai menginjak usianya yang ke-15. “Perjalanan yang panjang dan pengorbanan yang kamu lakukan akan terasa berarti dan tidak sia-sia jika kamu memang memiliki niat untuk bekerja keras, kesabaran untuk menunggu segala macam proses, dan dukungan dari orang-orang di sekitarmu.”. Meskipun keluarganya telah kehilangan banyak waktu bersama dengan Lisa, namun kegigihan serta segala sesuatu yang membuat Lisa berhasil untuk mencapai cita-citanya telah mengajarkan banyak hal bagi kedua putrinya, bahkan mungkin bagi kita semua. stop dreaming start action joko susilo.com

Sabtu, 22 Agustus 2009

< a herf = " http;//www.jokosusilo.com/top/in.php?id = 1152 "
< img src = " http://www.jokosusilo.com/top/banner.gif " border = "0"

Kamis, 13 Agustus 2009

car cepat untuk menangkap Nordin M Top adalah dengan menangkap anak dan istrinya dan membunuh mereka, itulah salah satu cara agar NordinM Top keluar dari persembunyiannya.

Jumat, 07 Agustus 2009

Bahaya Pornografi

pornografi merupakan hal yang sangat meresahkan manusia. apalagi pada anak-anak pelajar ini akan menjadi dasar atau contoh sex pada mereka. dan ini sangat membahayakan generasi muda sebagai penerus bangsa yang akan menggantikan. pemerintah yang sekarang. kita berharap pihak berwajib mampu membasmi situs-situs porno di internet. selamat sukses dalam berperang melawan pornografi.